Bagaimana kita seharusnya memuji dan memuliakan Tuhan?
Aduh, begitu kok masih ditanyakan? Ya, rajin pergi ke tempat ibadah, bersembahyang di sana, mendaraskan atau membaca ayat-ayat kitab suci, dan jangan lupa tunaikan ritual keagamaan lainnya! Bereskan? Ya, belum tentu juga! Lebih tepatnya: itu bukan satu-satunya dan jangan dijadikan cara satu-satunya!
Mazmur 101: 1-8 mengekspresikan niat Daud sebagai raja, yang akan menjalankan pemerintahan:
1 Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN.
2 Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.
3 Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.
4 Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu.
5 Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
6 Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.
7 Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.
8 Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan.
Pujian kepada Tuhan dilakukan melalui tindakan dengan memperhatikan jalan hidup yang tidak bercela, tulus hati, tidak berbuat jahat dan tidak membiarkan kejahatan, menjalankan program bersama tim yang beranggotakan orang yang integritas dan kapabilitasnya telah teruji: setia, rendah hati, bukan penipu, bukan penjilat serta nggak sok hebat. Dengan kata lain, memuji Tuhan tidak hanya dilakukan di dalam tempat ibadah, melainkan juga mesti diwujudkan secara konkret di tempat kerja.
Maka ibadah sebagai pujian kepada Tuhan tidak hanya diartikan sebagai acara di tempat ibadah saja. Bubar jalan balik kanan setelah acara dinyatakan amin lalu selesai. Ibadah adalah kesatuan antara tekad dan sikap, perkataan dan tindakan, ritus di tempat ibadah dan perilaku di tempat kerja, serta kesesuaian antara satu hari Minggu atau satu hari Jum’at dengan enam hari lainnya. Jika tidak demikian, bisa bahaya: ibadah jalan terus, maksiat terus jalan.
Bagi Anda yang hendak mengawali hari dengan kerja, atau mengawali ‘jabatan’ dengan tanggungjawab, niatkanlah kerja sebagai pujian kepada Tuhan!